BLOK 4 AUDIO OUTPUT
Sinyal audio yang dihasilkan oleh blok SIF tidak dapat langsung di umpankan ke speaker. Sinyal tersebut harus melalui tahap-tahap penguatan, pemrosesan, limiting dan filtering yang cukup. Tujuan pemrosesan sinyal audio tersebut untuk menjamin bahwa audio yang dihasilkan masih dalam skala yang mudah ditangkap oleh telinga secara natural, jadi semakin natural semakin bagus sistem audio dari perangkat televisi.
Sedangkan fitur-fitur tambahan seperti sub woofer, surround, pengatur nada dan lain-lain hanya sebatas kosmetik dari suatu produk. Meskipun bertujuan sebagai kosmetik, aspek-aspek naturalnya sangat dipertahankan. Dua sistem audio pada televisi yang sering ditemui adalah sistem audio mono dan stereo. Pada sistem stereo, ada yang mengkloning bagian kanan/kiri dengan input mono, ada juga yang murni stereo. Sistem NICAM adalah salah satu contoh sistem stereo murni pada perangkat televisi yang output dari SIF-nya sudah stereo yang kemudian diproses hingga ke speaker dengan menggunakan perangkat yang balance.
Sound Processor (pengatur nada, efek, subwoofer, AVL)
Seperti halnya sistem audio pada umumnya, pada TV juga sering ditemui blok yang berfungsi sebagai pengatur nada, efek (surround) dan subwoofer. IC tipe AN5891K merupakan salah satu IC prosesor audio stereo yang ditargetkan penggunaannya untuk perangkat televisi. Di dalam IC tersebut sudah terdapat fasilitas pengatur nada (bass, treble), volume, super bass (sub woofer), efek (surround) dan AVL. Semua fitur ini dikontrol melalui bus I2C oleh IC program.
Banyak sekali type-type IC yang berfungsi serupa dengan fitur-fitur yang hampir sama juga, misalnya TA1343N, LV1116N (ada tambahan swith audio input), TA7630P (hanya volume, balance dan tone, kontrol analog), TDA7429 dan lain-lain. Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada IC prosesor ini adalah output lemah atau tidak ada dan terdistorsinya audio dengan aktifitas bus data I2C (misalnya terdengar suara tik-tik-tik ketika sedang menaik-nurunkan volume).
Hampir sebagian besar IC-IC prosesor yang dikontrol dengan bus data mempunyai fasilitas AVL (automatic voice leveling) yang berfungsi sebagai audio AGC.
Amplifier dan Speaker
Desain-desain pada sistem audio TV mono pada umumnya tidak menggunakan pengatur nada, yang ada hanya pengatur volume saja. Pengatur volume ini dapat ditemukan dibagian IF dan kadang juga ada yang dibagian amplifier (misalnya AN5265).
Pin4 IC tersebut merupakan pin masukan kontrol volume, semakin tinggi tegangan yang masuk ke pin tersebut, semakin besar penguatannya. Untuk mendukung muting, pin3 berfungsi sebagai muting input.
Dalam desain audio amplifier pada perangkat televisi yang sangat dihindari adalah efek pump-out yang buruk. Efek ini ditimbulkan karena amplifier menarik banyak daya dari power supply, sehingga dapat mengganggu supply tegangan untuk blok-blok yang lain dalam TV. Umumnya efek pump-out ditandai dengan berkendutnya layar/gambar dengan irama mengikuti suara speaker, semakin keras suara, semakin terasa perubahan gambarnya.
Dari sekian banyaknya blok-blok dalam TV, audio amplifier merupakan salah satu blok yang paling rakus terhadap daya jadi desain amplifier dituntut untuk sehemat mungkin penggunaan dayanya hingga tidak menimbulkan efek pump-out yang signifikan.
Tegangan kerja dari amplifier dan impedansi speaker sering ditemukan dalam nilai yang lumayan tinggi, yaitu sekitar 12 s/d 20V dan impedansi speaker 16 ohm, hal ini dimaksudkan untuk menjaga supaya kualitas output dari sistem amplifier seperti yang dikehendaki (natural dan cukup keras) dengan penggunaan daya yang seirit mungkin. Coba bandingkan dengan daya amplifier radio-tape compo, misalnya tegangan 12V dengan beban speaker 4 ohm.
Selain dengan desain amplifier yang ekstra hemat daya tersebut, efek pump-out juga dikurangi dengan pengaturan sistem grounding. Yaitu dengan membuat jalur supply yang terpisah dari blok-blok yang lain, pengaturan ini sangat rumit karena melibatkan desainer jalur pcb yang tidak dengan dihubungkan begitu saja terhadap groundnya blok yang lain.
Agen Parabola gratis tanpa bayar bulanan. Melayani Pemasangan - servis Parabola wilayah Kudus Demak Jepara sms/wa 085225706254
Arsip Blog
Rabu, 27 Oktober 2010
TEORI DASAR TELEVISI 3
BLOK 3 AV SWITCH
Fungsi lain peralatan TV dapat digunakan untuk menampilkan audio dan video dari sumber luar, misalnya DVD, VCD dll. Untuk mendukung fungsi tersebut dibutuhkan swith pemindah sumber masukan sinyal yang sering disebut swith AV. Banyak sekali IC swith digital yang dapat difungsikan sebagai swith tersebut karena penggunaan saklar mekanik tidak lagi efektif.
IC-IC tersebut antara lain, ic swith CMOS (misalnya 4052, 4053, 4066 dll) dan IC khusus swith AV, misalnya LA7016, LA7222, M52797SP dan lain-lain. Cara pengendalian/pemindahan swithnya dengan tegangan yang dikontrol oleh IC program dengan 1 atau beberapa bit data dan pada desain yang lebih baru sering ditemukan dengan menggunakan bus data I2C.
Didalam chip TDA8840/41/42/44 sudah terdapat fasilitas swith AV internal, masing-masing adalah swith audio (mono), swith CVBS/video dan swith S-video (Y dan C). Swith-swith tersebut dikontrol dengan menggunakan bus data I2C oleh IC program.
Skema Dasar
Kembali lagi ke artikel VIF/SIF, pada artikel tersebut sudah diulas bahwa output audio yang digunakan melalui pin15 (AUD_OUT), pin ini sebenarnya merupakan output dari swith audio internal dan sudah melalui attenuator (volume control). Sedangkan input/output dari demodulator SIF terhubung langsung secara internal ke masukan swith audio tersebut. Audio eksternal dimasukkan melalui pin2 (EXT_AUD), karena pin15 merupakan output dari sistem attenuator dan sekaligus berfungsi sebagai output dari swith audio, maka sinyal EXT_AUD juga dapat diset atenuasi/volumenya.
Video eksternal terdiri dari 2 jenis masukan yaitu CVBS dan Y/C (S-video). Swith CVBS/video mempunyai 2 input, internal dan eksternal, masukan CVBS internal dihubungkan dengan output CVBS dari VIF. Seluruh kontrol swit dikontrol oleh IC program melalui bus data. Jika IC program tidak memfungsikan masuk S-video, maka pin11 (EXT_CVBS_Y) dapat digunakan sebagai masukan CVBS ketiga (internal, CVBS1 dan CVBS2).
Sinyal video keluaran dari swith video dapat dimonitor melalui pin38 (MON_OUT) yang secara praktis dapat digunakan untuk mengecek masukan mana yang sedang aktif/dipilih. Selain ‘dikeluarkan’ melalui pin monitor, sinyal video yang terpilih tersebut (CVBS_SWITCH_OUT) dimasukkan secara internal menuju blok chrominance dan blok syncronisation yang akan diulas di artikel selanjutnya.
Pada blok swith video ini, terdapat pula blok yang berfungsi sebagai detektor ada tidaknya sinyal video (video detector), outputnya adalah sinyal/data VIDEO_IDENT. Ketika IC program meminta/request status VIDEO_IDENT, maka TDA8840/41/42/44 akan mengirimkan data VIDEO_IDENT tersebut ke IC program.
Contoh fungsi VIDEO_IDENT adalah sebagai detektor ada tidaknya sinyal video, ketika IC program mengetahui tidak adanya video yang masuk, IC program akan menampilkan blue back atau setelah sekian menit masih tidak ada masukan video maka TV akan standby, dalam mode AV sekalipun.
Fungsi lain peralatan TV dapat digunakan untuk menampilkan audio dan video dari sumber luar, misalnya DVD, VCD dll. Untuk mendukung fungsi tersebut dibutuhkan swith pemindah sumber masukan sinyal yang sering disebut swith AV. Banyak sekali IC swith digital yang dapat difungsikan sebagai swith tersebut karena penggunaan saklar mekanik tidak lagi efektif.
IC-IC tersebut antara lain, ic swith CMOS (misalnya 4052, 4053, 4066 dll) dan IC khusus swith AV, misalnya LA7016, LA7222, M52797SP dan lain-lain. Cara pengendalian/pemindahan swithnya dengan tegangan yang dikontrol oleh IC program dengan 1 atau beberapa bit data dan pada desain yang lebih baru sering ditemukan dengan menggunakan bus data I2C.
Didalam chip TDA8840/41/42/44 sudah terdapat fasilitas swith AV internal, masing-masing adalah swith audio (mono), swith CVBS/video dan swith S-video (Y dan C). Swith-swith tersebut dikontrol dengan menggunakan bus data I2C oleh IC program.
Skema Dasar
Kembali lagi ke artikel VIF/SIF, pada artikel tersebut sudah diulas bahwa output audio yang digunakan melalui pin15 (AUD_OUT), pin ini sebenarnya merupakan output dari swith audio internal dan sudah melalui attenuator (volume control). Sedangkan input/output dari demodulator SIF terhubung langsung secara internal ke masukan swith audio tersebut. Audio eksternal dimasukkan melalui pin2 (EXT_AUD), karena pin15 merupakan output dari sistem attenuator dan sekaligus berfungsi sebagai output dari swith audio, maka sinyal EXT_AUD juga dapat diset atenuasi/volumenya.
Video eksternal terdiri dari 2 jenis masukan yaitu CVBS dan Y/C (S-video). Swith CVBS/video mempunyai 2 input, internal dan eksternal, masukan CVBS internal dihubungkan dengan output CVBS dari VIF. Seluruh kontrol swit dikontrol oleh IC program melalui bus data. Jika IC program tidak memfungsikan masuk S-video, maka pin11 (EXT_CVBS_Y) dapat digunakan sebagai masukan CVBS ketiga (internal, CVBS1 dan CVBS2).
Sinyal video keluaran dari swith video dapat dimonitor melalui pin38 (MON_OUT) yang secara praktis dapat digunakan untuk mengecek masukan mana yang sedang aktif/dipilih. Selain ‘dikeluarkan’ melalui pin monitor, sinyal video yang terpilih tersebut (CVBS_SWITCH_OUT) dimasukkan secara internal menuju blok chrominance dan blok syncronisation yang akan diulas di artikel selanjutnya.
Pada blok swith video ini, terdapat pula blok yang berfungsi sebagai detektor ada tidaknya sinyal video (video detector), outputnya adalah sinyal/data VIDEO_IDENT. Ketika IC program meminta/request status VIDEO_IDENT, maka TDA8840/41/42/44 akan mengirimkan data VIDEO_IDENT tersebut ke IC program.
Contoh fungsi VIDEO_IDENT adalah sebagai detektor ada tidaknya sinyal video, ketika IC program mengetahui tidak adanya video yang masuk, IC program akan menampilkan blue back atau setelah sekian menit masih tidak ada masukan video maka TV akan standby, dalam mode AV sekalipun.
TEORI DASAR TELEVISI 2
BLOK 2 VIF DAN SIF
Frekuensi IF yang dihasilkan oleh Tuner yang outputnya mungkin bervariasi menurut standar masing-masing negara, antara lain 33.4, 33.9, 38, 38.9, 45.75 dan lain-lain. Dalam frekuensi IF ini membawa informasi-informasi yang nantinya akan didemodulasi/diuraikan menjadi sinyal aslinya (misalnya video, audio, data digital dan lain-lain). Karena besar frekuensi IF hasil dari tuner berbeda-beda tergantung model dan negaranya, maka penggantian tuner harus yang sesuai frekuensi IF-nya dengan frekuensi IF pada blok VIF dan SIF-nya.
Sekilas Tentang One-Chip TV Processor
Integrated circuit, berarti sirkuit terpadu/terintegrasi yang didalamnya terdapat beberapa fungsi sirkuit atau rangkain yang dikemas dalam satu kemasan. Begitu juga dengan IC-IC dalam desain TV saat ini. Meski di kemas dalam satu kemasan tetapi sebenarnya masih terbentuk dari blok-blok yang terpisah, dan tiap bloknya mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda pula.
Tidak ketinggalan IC-IC dalam desain televisi analog. Beberapa tahun yang lalu, IC-IC dalam televisi hanya berfungsi tunggal, satu IC untuk satu fungsi. Pada desain saat ini, fungsi tunggal ini masih dapat ditemukan, misalnya IC power supply, penguat vertikal dan lain-lain. Salah satu IC tersebut adalah TDA884x (TDA8841/2/4), produk dari Philips semiconductor (sekarang NXP) yang menurut datasheet, deskripsinya adalah I2C controlled PAL/NTSC/SECAM TV processor. Dalam IC ini, terdapat beberapa blok yang mewakili sebagian besar fungsi pemrosesan dalam pesawat penerima televisi analog yang dikontrol secara digital dengan bus I2C yang lebih sering ditemukan pada desain-desain lebih baru. Dan IC ini yang nantinya akan Penulis coba untuk mengulas tiap-tiap blok didalamnya sesederhana mungkin.
Skema Dasar VIF dan SIF
Berikut ini merupakan skema dasar VIF dan SIF yang menggunakan IC TDA8841, TDA8842 dan TDA8844 (TDA884x). Dalam skema ini, audio dihasilkan dari proses deteksi dengan sistem intercarrier (jika pada sistem stereo/mpx, umumnya menggunakan sistem QSS dan inputnya mengambil langsung dari frekuensi IF dari tuner yang kemudian didemodulasi dengan ‘rangkaian khusus’).
Seperti telah disinggung di artikel tentang blok tuner, bahwa proses untuk menghasilkan frekuensi IF dilakukan dengan proses mixing dengan osilator lokal. Secara alami, proses pencampuran tersebut akan menghasilkan beberapa frekuensi baru sehingga frekuensi IF dari tuner tidak semata-mata hanya 1 frekuensi saja (misalnya, 38.9MHz) akan tetapi ada frekuensi-frekuensi lain yang tentunya merugikan jika langsung didemodulasi.
Pada skema di atas, fungsi dari SAW1 (saw filter) sebagai filter/pemilih frekuensi IF yang nantinya akan didemodulasi dengan frekuensi dan lebar jalur (band width) yang tertentu. Kemudian sinyal IF hasil filtrasi tersebut dimasukkan ke pin masukan IF yaitu IF_IN1 (pin48) dan pin IF_IN2 (pin49).
Sinyal video didemodulasi dengan sistem PLL yang frekuensinya dihasilkan oleh VCO internal. Frekuensi VCO ini dikalibrasikan/diset secara otomatis terhadap frekuensi acuan/referensi yang bersumber dari kristal ColorDecoder (4.433 atau 3.579MHz). Karena bersistem PLL maka secara praktis metode demodulasi sinyal video dapat direalisasikan tanpa adjusmen/penyetelan manual. Karena setiap fungsi PLL selalu membutuhkan LPF (low pass filter) pada kontrol VCO-nya, maka IC ini juga dilengkapi dengan pin yang berfungsi sebagai phase filter (pin5, IF_PLL). Dalam proses demodulasi video tersebut, juga menghasilkan tegangan kontrol AGC yang dihasilkan dari detektor kuat tidaknya sinyal yang masuk. Semakin kuat sinyal yang masuk, semakin rendah tegangan AGC yang dikeluarkan. Sedangkan fungsi dari pin AGC_DEC (pin53) adalah sebagai perata tegangan pada pin AGC_OUT (pin54). Pin AGC_DEC ini sangat penting fungsinya karena level sinyal IF yang masuk tidak selalu stabil, selalu bergejolak levelnya (naik/turun secara cepat) sehingga sangat mengganggu kecepatan respon AGC tersebut. Pada akhirnya, sinyal video yang dihasilkan dari proses demodulasi tersebut di-outputkan ke pin CVBS_OUT (pin6).
Sinyal audio didemodulasi dari sinyal CVBS dari output blok VIF (intercarrier, modulasi FM). Pada skema di atas, pin masukan SIF_IN (pin1) diberi masukan sinyal SIF yang diambil dari sinyal output CVBS yang telah dikuatkan oleh transistor dengan melalui filter BPF terlebih dahulu (karena yang diambil hanya elemen suara saja).
Sinyal intercarrier yang telah terfilter tersebut, akhirnya didemodulasi oleh rangkaian SIF FM demodulator yang berbasis PLL juga. PLL ini tertala secara otomatis tergantung dari sinyal yang masuk, jadi tidak perlu ada penalaan manual. Pin A_DEEMP (pin55) berfungsi sebagai deemphasis yang memperbaiki nilai S/N ratio (signal to noise). Sedang pin A_DEM_DEC (pin56) bertujuan untuk memperbaiki respon penguncian PLL SIF. Sinyal audio hasil demodulasi akhirnya di-output-kan pada pin15 (A_OUT) untuk menuju ke penguat audio hingga ke speaker.
Sebelum diproses pada tahap berikutnya, sinyal video (CVBS) yang masih mengandung modulasi suara tersebut difilter dengan notch filter untuk menghilangkan elemen modulasi suara. Dalam sinyal video ini, sudah terdapat informasi color, greyscale level, syncronisasi dll, jadi lebih sering dikatakan sebagai composite video.
Fungsi-fungsi Lain
1. AFT
Seperti pada desain-desain IC pendahulunya, pada sistem VIF juga terdapat AFT yang berfungsi untuk menjaga frekuensi yang tertala tetap ditempatnya. Selain itu, AFT juga dapat digunakan sebagai sinyal pandu apakah tuner sedang menerima sinyal yang valid atau tidak. Ketika blok VIF ini menerima sinyal yang valid, maka blok ini akan mengirimkan data status AFT ke IC program melalui bus I2C, yang nantinya IC program akan tahu jika ada sinyal yang tertala atau tidak (misalnya dengan menampilkan blue back).
2. Volume Control
Pada blok SIF IC ini juga dilengkapi dengan volume control. Volume control ini diatur dengan data yang dikirimkan oleh IC program melalui bus I2C. Audio yang keluar dari pin A_OUT (pin15) merupakan sinyal yang telah melalui tahap volume control sehingga dapat dikontrol volumenya. Sedangkan pin A_DEEMP selain sebagai deemphasis, juga dapat difungsikan sebagai audio out tanpa melalui volume control.
3. Automatic Volume Levelling
Setiap channel siaran yang diterima tidak selalu sama level audionya. Level audio ini juga dapat dipengaruhi oleh buruk tidaknya penangkapan sinyal. Pada IC TDA8840/42/44/46 sudah terdapat AVL. Fungsi utamanya untuk menyetabilkan output audio dari level yang berlebihan (limiter). Cara kerjanya secara internal dan mirip dengan cara kerja AGC. Seperti pada fungsi-fungsi yang lain, fungsi AVL dapat dinonaktifkan atau diaktifkan lewat bus I2C oleh IC program.
Kerusakan-kerusakan yang Sering Terjadi pada Blok IF
Beberapa kerusakan yang dimaksud berikut ini bukan bersumber dari IC itu sendiri, tapi dari komponen-komponen pendukung IC.
1. AGC tidak bekerja, kerusakan ini ditandai dengan tidak tertala-nya sinyal oleh tuner, kalo mungkin tertala, kualitasnya akan jauh sekali dari normalnya (ada semutnya). Dan yang terparah tidak dapat menerima siaran sama sekali. Untuk memastikan kerusakan pada AGC, dapat dengan mudah ditemukan dengan mengetes tegangan pada pin AGC_OUT, normalnya ada tegangan yang mengikuti level sinyal yang tertangkap oleh tuner.
2. Cacat modulasi/gambar, terganggunya gambar/audio pada IC TDA8840/1/2/4 ini mungkin disebabkan karena sistem AGC yang bermasalah. Desain pada IC ini mempunyai gain/penguatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan IC sejenis/selevel lainnya. Jadi, komponen-komponen penunjang AGC dalam IC ini cukup kritis.
3. Tidak tepatnya penerimaan meskipun sudah diset adjusmen IF-nya, disebabkan karena komponen pendukung pada pin IF_PLL ada yang bermasalah. Cirinya adalah gambar tidak sinkron, tidak ada suara. Kerusakan bisa dikatakan sama dengan IC pendahulunya yang trafo Ifnya bergeser talaannya.
4. Gambar bersemut, meski AGC normal yang dapat disebabkan oleh blok penguat IF dari output IF tuner termasuk SAW filter yang bermasalah.
5. Suara tidak ada, kalo ada terganggu noise padahal gambar bersih dan tepat. Kasus ini mungkin disebabkan karena BPF untuk SIF bermasalah, cek CF-nya. Atau jika menggunakan sound system yang multi, pilih yang sesuai dengan format di Indonesia (PAL-BG).
Frekuensi IF yang dihasilkan oleh Tuner yang outputnya mungkin bervariasi menurut standar masing-masing negara, antara lain 33.4, 33.9, 38, 38.9, 45.75 dan lain-lain. Dalam frekuensi IF ini membawa informasi-informasi yang nantinya akan didemodulasi/diuraikan menjadi sinyal aslinya (misalnya video, audio, data digital dan lain-lain). Karena besar frekuensi IF hasil dari tuner berbeda-beda tergantung model dan negaranya, maka penggantian tuner harus yang sesuai frekuensi IF-nya dengan frekuensi IF pada blok VIF dan SIF-nya.
Sekilas Tentang One-Chip TV Processor
Integrated circuit, berarti sirkuit terpadu/terintegrasi yang didalamnya terdapat beberapa fungsi sirkuit atau rangkain yang dikemas dalam satu kemasan. Begitu juga dengan IC-IC dalam desain TV saat ini. Meski di kemas dalam satu kemasan tetapi sebenarnya masih terbentuk dari blok-blok yang terpisah, dan tiap bloknya mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda pula.
Tidak ketinggalan IC-IC dalam desain televisi analog. Beberapa tahun yang lalu, IC-IC dalam televisi hanya berfungsi tunggal, satu IC untuk satu fungsi. Pada desain saat ini, fungsi tunggal ini masih dapat ditemukan, misalnya IC power supply, penguat vertikal dan lain-lain. Salah satu IC tersebut adalah TDA884x (TDA8841/2/4), produk dari Philips semiconductor (sekarang NXP) yang menurut datasheet, deskripsinya adalah I2C controlled PAL/NTSC/SECAM TV processor. Dalam IC ini, terdapat beberapa blok yang mewakili sebagian besar fungsi pemrosesan dalam pesawat penerima televisi analog yang dikontrol secara digital dengan bus I2C yang lebih sering ditemukan pada desain-desain lebih baru. Dan IC ini yang nantinya akan Penulis coba untuk mengulas tiap-tiap blok didalamnya sesederhana mungkin.
Skema Dasar VIF dan SIF
Berikut ini merupakan skema dasar VIF dan SIF yang menggunakan IC TDA8841, TDA8842 dan TDA8844 (TDA884x). Dalam skema ini, audio dihasilkan dari proses deteksi dengan sistem intercarrier (jika pada sistem stereo/mpx, umumnya menggunakan sistem QSS dan inputnya mengambil langsung dari frekuensi IF dari tuner yang kemudian didemodulasi dengan ‘rangkaian khusus’).
Seperti telah disinggung di artikel tentang blok tuner, bahwa proses untuk menghasilkan frekuensi IF dilakukan dengan proses mixing dengan osilator lokal. Secara alami, proses pencampuran tersebut akan menghasilkan beberapa frekuensi baru sehingga frekuensi IF dari tuner tidak semata-mata hanya 1 frekuensi saja (misalnya, 38.9MHz) akan tetapi ada frekuensi-frekuensi lain yang tentunya merugikan jika langsung didemodulasi.
Pada skema di atas, fungsi dari SAW1 (saw filter) sebagai filter/pemilih frekuensi IF yang nantinya akan didemodulasi dengan frekuensi dan lebar jalur (band width) yang tertentu. Kemudian sinyal IF hasil filtrasi tersebut dimasukkan ke pin masukan IF yaitu IF_IN1 (pin48) dan pin IF_IN2 (pin49).
Sinyal video didemodulasi dengan sistem PLL yang frekuensinya dihasilkan oleh VCO internal. Frekuensi VCO ini dikalibrasikan/diset secara otomatis terhadap frekuensi acuan/referensi yang bersumber dari kristal ColorDecoder (4.433 atau 3.579MHz). Karena bersistem PLL maka secara praktis metode demodulasi sinyal video dapat direalisasikan tanpa adjusmen/penyetelan manual. Karena setiap fungsi PLL selalu membutuhkan LPF (low pass filter) pada kontrol VCO-nya, maka IC ini juga dilengkapi dengan pin yang berfungsi sebagai phase filter (pin5, IF_PLL). Dalam proses demodulasi video tersebut, juga menghasilkan tegangan kontrol AGC yang dihasilkan dari detektor kuat tidaknya sinyal yang masuk. Semakin kuat sinyal yang masuk, semakin rendah tegangan AGC yang dikeluarkan. Sedangkan fungsi dari pin AGC_DEC (pin53) adalah sebagai perata tegangan pada pin AGC_OUT (pin54). Pin AGC_DEC ini sangat penting fungsinya karena level sinyal IF yang masuk tidak selalu stabil, selalu bergejolak levelnya (naik/turun secara cepat) sehingga sangat mengganggu kecepatan respon AGC tersebut. Pada akhirnya, sinyal video yang dihasilkan dari proses demodulasi tersebut di-outputkan ke pin CVBS_OUT (pin6).
Sinyal audio didemodulasi dari sinyal CVBS dari output blok VIF (intercarrier, modulasi FM). Pada skema di atas, pin masukan SIF_IN (pin1) diberi masukan sinyal SIF yang diambil dari sinyal output CVBS yang telah dikuatkan oleh transistor dengan melalui filter BPF terlebih dahulu (karena yang diambil hanya elemen suara saja).
Sinyal intercarrier yang telah terfilter tersebut, akhirnya didemodulasi oleh rangkaian SIF FM demodulator yang berbasis PLL juga. PLL ini tertala secara otomatis tergantung dari sinyal yang masuk, jadi tidak perlu ada penalaan manual. Pin A_DEEMP (pin55) berfungsi sebagai deemphasis yang memperbaiki nilai S/N ratio (signal to noise). Sedang pin A_DEM_DEC (pin56) bertujuan untuk memperbaiki respon penguncian PLL SIF. Sinyal audio hasil demodulasi akhirnya di-output-kan pada pin15 (A_OUT) untuk menuju ke penguat audio hingga ke speaker.
Sebelum diproses pada tahap berikutnya, sinyal video (CVBS) yang masih mengandung modulasi suara tersebut difilter dengan notch filter untuk menghilangkan elemen modulasi suara. Dalam sinyal video ini, sudah terdapat informasi color, greyscale level, syncronisasi dll, jadi lebih sering dikatakan sebagai composite video.
Fungsi-fungsi Lain
1. AFT
Seperti pada desain-desain IC pendahulunya, pada sistem VIF juga terdapat AFT yang berfungsi untuk menjaga frekuensi yang tertala tetap ditempatnya. Selain itu, AFT juga dapat digunakan sebagai sinyal pandu apakah tuner sedang menerima sinyal yang valid atau tidak. Ketika blok VIF ini menerima sinyal yang valid, maka blok ini akan mengirimkan data status AFT ke IC program melalui bus I2C, yang nantinya IC program akan tahu jika ada sinyal yang tertala atau tidak (misalnya dengan menampilkan blue back).
2. Volume Control
Pada blok SIF IC ini juga dilengkapi dengan volume control. Volume control ini diatur dengan data yang dikirimkan oleh IC program melalui bus I2C. Audio yang keluar dari pin A_OUT (pin15) merupakan sinyal yang telah melalui tahap volume control sehingga dapat dikontrol volumenya. Sedangkan pin A_DEEMP selain sebagai deemphasis, juga dapat difungsikan sebagai audio out tanpa melalui volume control.
3. Automatic Volume Levelling
Setiap channel siaran yang diterima tidak selalu sama level audionya. Level audio ini juga dapat dipengaruhi oleh buruk tidaknya penangkapan sinyal. Pada IC TDA8840/42/44/46 sudah terdapat AVL. Fungsi utamanya untuk menyetabilkan output audio dari level yang berlebihan (limiter). Cara kerjanya secara internal dan mirip dengan cara kerja AGC. Seperti pada fungsi-fungsi yang lain, fungsi AVL dapat dinonaktifkan atau diaktifkan lewat bus I2C oleh IC program.
Kerusakan-kerusakan yang Sering Terjadi pada Blok IF
Beberapa kerusakan yang dimaksud berikut ini bukan bersumber dari IC itu sendiri, tapi dari komponen-komponen pendukung IC.
1. AGC tidak bekerja, kerusakan ini ditandai dengan tidak tertala-nya sinyal oleh tuner, kalo mungkin tertala, kualitasnya akan jauh sekali dari normalnya (ada semutnya). Dan yang terparah tidak dapat menerima siaran sama sekali. Untuk memastikan kerusakan pada AGC, dapat dengan mudah ditemukan dengan mengetes tegangan pada pin AGC_OUT, normalnya ada tegangan yang mengikuti level sinyal yang tertangkap oleh tuner.
2. Cacat modulasi/gambar, terganggunya gambar/audio pada IC TDA8840/1/2/4 ini mungkin disebabkan karena sistem AGC yang bermasalah. Desain pada IC ini mempunyai gain/penguatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan IC sejenis/selevel lainnya. Jadi, komponen-komponen penunjang AGC dalam IC ini cukup kritis.
3. Tidak tepatnya penerimaan meskipun sudah diset adjusmen IF-nya, disebabkan karena komponen pendukung pada pin IF_PLL ada yang bermasalah. Cirinya adalah gambar tidak sinkron, tidak ada suara. Kerusakan bisa dikatakan sama dengan IC pendahulunya yang trafo Ifnya bergeser talaannya.
4. Gambar bersemut, meski AGC normal yang dapat disebabkan oleh blok penguat IF dari output IF tuner termasuk SAW filter yang bermasalah.
5. Suara tidak ada, kalo ada terganggu noise padahal gambar bersih dan tepat. Kasus ini mungkin disebabkan karena BPF untuk SIF bermasalah, cek CF-nya. Atau jika menggunakan sound system yang multi, pilih yang sesuai dengan format di Indonesia (PAL-BG).
Langganan:
Postingan (Atom)